Minggu, November 03, 2019

Di masa perkembangan fintech ini terdapat berbagai macam kemudahan yang ditawarkan, salah satunya adalah LINKAJA. LINKAJA adalah salah satu fintech BUMN berupa layanan dompet digital berbasis aplikasi. Berasal dari gabungan beberapa produk dari beberapa BUMN, yang awalnya Telkomsel mempunyai T-Cash, Mandiri mempunyai Mandiri E-Cash, BRI yang mempunyai T-Bank, BNI mempunyai Unikqu dan T-Money dari Telkom. Setelah digabungkan menjadi satu aplikasi sekarang sudah bisa bersaing dengan layanan laink seperti Gopay, OVO dan Dana.

Saya termasuk salah satu pelanggang T-Cash awalnya, setelah adanya migrasi masal ke LINKAJA sekarang makin mudah untuk penggunaannya dimana layanan yang ditawarkan juga makin komplit. Untuk jangkauan LINKAJA saya kira cukup kuat karena menggabungkan beberapa produk digital yang sudah punya pasar sendiri menjadi satu kesatuan, apalagi didukung oleh pemerintah yang sekarang menggerakkan program Katalis Gerakan Nasional Non-Tunai (GNTT). Untuk ekosistem LINKAJA adalah sebagai berikut  :

Untuk lebih jelasnya apa saja benefit yang ditawarkan dari LINKAJA adalah sebagai berikut :
Sederhananya link aja adalah layanan dompet digital berbasis aplikasi dan membutuhkan satu nomor handphone aktif. Nomor handphone yang aktif ini digunakan untuk registrasi, jadi asal anda mempunyai satu nomor handphone yang aktif akan dapat menikmati apliasi LINKAJA. Ada dua tipe akun dari LINKAJA yaitu Basic Service dan Full Service.
Kalau kita baru pertama kali mendaftar otomatis akan menjadi akun basic, kalau kita mau menjadikan full service harus verifikasi dengan men-submit KTP di aplikasi LINKAJA. Nanti kita cukup foto dan selfi KTP kita lewat aplikasi, untuk verifikasi maksimal 3x24 jam. Sepengalaman saya sih enaknya pakai LINKAJA itu gratis tanpa biaya admin.

Untu top up LINKAJA juga gampang sih bisa mengisi dari rekening Bank (ATM Himbara, Mobile Banking, atau Internet Banking), Alfamart, Alfamidi, Circle K, Dan+Dan, FamilyMart, GraPARI, Indomaret, Kantorpos, Mitra LinkAja (MiLa) dan Suzuya. Sepengalaman saya sih di Internet Banking BRI sudah disediakan menunya jadi tinggal log in dan pilih Top Up LINKAJA. Untuk pembayaran di merchant yaitu dengan Snap QR, jadi tinggal arahkan kamera ke Barcode abis itu masukkan pin dan pembayaran selesai.

Minggu, Oktober 20, 2019

Bagi pencari kerja saat ini selain CV atau Curriculum Vitae (Daftar Riwayat Hidup) ada syarat lain yang harus di miliki, salah satunya adalah kartu kuning yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja daerah setempat dan SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian). Untuk yang kartu kuning saya dulu sudah pernah membuatnya waktu baru lulus, nah untuk yang SKCK ini harus diperbarui setiap 6 bulan sekali. Jadi otomatis SKCK saya juga sudah kadaluarsa, karena terakhir buat adalah tahun 2012, apalagi sekarang saya sudah pindah tempat tinggal. Kebetulan saya pindah di kota Gresik, sebuah kota yang terkena dengan pudaknya (sampai sekarang saya gak paham makanan ini,hehe). Karena ada sesuatu keperluan yang membutuhkan SKCK sayapun mengurus SKCK di Gresik. Berikut akan saya bagikan pengalaman saya membuat SKCK, pengalaman membuat SKCK ini akan saya buat seringkas - ringkasnya.

Hal pertama yang harus kita siapkan sebelum berangkat untuk ngurus SKCK adalah
1. KTP Asli dan fotokopi, saya kemarin nyiapin sekitar 10 buah fotokopian KTP. Oh iya jangan lupa siapin SIM yang aktif ya, karena pengalaman saya identitas selain KTP dibutuhkan waktu masuk ke Polres nya, soalnya nanti kita dapat name tag visitor dengan menukarkan dengan pengenal diri.
2. KK (Kartu Keluarga) asli dan fotokopi.
3. Akte Lahir / ijasah asli dan fotokopi.
4. Pasfoto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 6 (enam) lembar dengan latar belakang warna merah, berpakaian sopan, wajah tampak jelas, kalau berhijab wajib menampilkan wajah secara utuh.


Persyaratannya sih itu saja, tanpa surat keterangan dari RT ataupun RW. Harusnya sih sekarang sudah online, tapi berhubung kemarin saya masih bingung untuk yang pengajuan SKCK secara online akhirna sih saya memutuskan untuk manual saja. Kalau untuk warga Gresik seperti saya lokasi pengurusan SKCK adalah di Polres Gresik yang letaknya di dekat alun - alun Gresik atau titik lokasinya di https://goo.gl/maps/jWGCQcpDzXzLXwQE7. Lokasinya gampang untuk dijangkau karena dekat dengan alun - alun dan arahnya dekat dengan arah pelabuhan Gresik. Untuk jadwal pengurusan SKCK di Polres Gresik adalah Senin sampai Jumat mulai pukul 08.00 - 14.30 dan di hari Sabtu mulai pukul 08.00 - 11.00. Untuk yang kerja mending mengurusnya di hari Sabtu, soalnya selain sepi. Kemarin saya juga mengurusnya di hari Sabtu, saya berangkat dari rumah jam 07.00 pagi dan baru sampai jam 08.00, jarak rumah sampai lokasi Polres memang lumayan jauh karena memang rumah saya ada di perbatasan dengan Surabaya Barat. Untung saya bawa motor untuk pergi ke Polres karena di Polres Gresik parkiran yang enak itu adalah parkiran motor, lokasinya tepat di depan Polres, dan gak ada yang jaga juga. Setelah memarkirkan motor, saya langsung laporan di pos pertama, disana ditanyain tujuan ke Polres ngapain dan menitipkan identitas untuk ditukarkan dengan tag visitor. Diarahin ke ruangan untuk ngurus SKCK, lokasi ruangannya ada di belakang. Kebetulan di ruangan cuman ada satu orang yang mengurus SKCK, alhamdulillah enggak pakai lama berarti. Hal pertama yang kita lakukan adalah mengisi form yang di sediakan, kebetulan saya foto cara mengisi formnya. Setelah mengisi form kita masukkan ke loket beserta pasfoto, setelah itu menunggu sebentar kita baru diarahkan perekaman sidik jari. Nah di sidik jari ini petugas yang jaga ibu - ibu, rada judes (entah judes apa teges ya) ngomongnya kenceng, haha. Berhubung saya orangnya agak lelet waktu perekaman sidik jari ini agak dramatis, tapi untung cepet jadinya enggak berlama - lama dengan ibu - ibu teges ini, hehe. Setelah itu nunggu bentar dan dipanggil untuk nerima SKCK nya dan membayar biaya Rp. 30.000,- prosesnya gak sampai setengah jam sih mengurus semua, paling sekitar 15 sampai 20 menit sudah kelar. Emang mantap dah pengurusan SKCK sekarang, oh iya sekarang untuk yang pengurusan SKCK secara online itu menurut saya masih gak efektif sih. Karena alurnya ampir sama dengan yang manual, cuman beda di pembayaran dan pengisian form aja.


Eh sekarang SKCK punya saya sudah kadaluarsa, soalnya jangka waktu nya cuman 6 bulan saja. So kalau melamar pekerjaan dan belom kerja mendingan diperbarui terus sebelum 6 bulan biar gak bermasalah di waktu nyari kerja. Semangat jobseeker, kita semua bersaudara,hehe!!

Sabtu, Oktober 12, 2019

Setelah memendam setahun penantian akhirnya di bulan Sptember kemarin kegiatan jalan – jalan sekantor saya terlaksana. Berbekal internet dan tabungan sedikit akhirnya saya berkesempatan ke luar negeri untuk ke dua kalinya. Tahun 2018 saya berkesempatan ke Malaysia dan untuk tahun 2019 ini bisa melipir ke sebelahnya yaitu Singapura. Apa sih yang berbeda dari Singapura dan Malaysia, berbekal internet dan smartphones saya berselancar untuk mengetahui perbedaan antara dua negara ini. Setidaknya ada pandangan bagaimana itu di Singapura, kalau di Malaysia kemarin itu memang hampir mirip sama Indonesia, dari segi Bahasa dan Suasananya menurut saya. Di Malaysia kemarin itu kita berbicara dengan bahasa Indonesia masih dapat dimengerti oleh sebagian besar penduduk Malaysia, jadi tidak terasa asing banget. Cuma memang mereka menimpalinya dengan bahasa Melayu yang mirip – mirip lah sama bahasa Indonesia. Di Malaysia kemarin itu untuk suasana kotanya bersih, pertama kali mendarat sih kirain ini masih di Indonesia tapi setelah turun pesawat baru berasa di Kuala Lumpurnya. Cuman bedanya g ada lumpurnya, meski namanya Kuala Lumpur,hehe becanda. Di Malaysia juga lumayan banyak kendaraan pribadi, baik itu motor, mobil dan truck, saya jelaskan begini karena ada hubungannya sama di Singapura. Dan yang paling istimewa adalah di Malaysia makanan yang dijual kebanyakan masih cocok lah di lidah kita orang Indonesia, soalnya kemaren waktu di Malaysia saya makan di salah satu Rumah Makan yang Indonesia Banget masakannya meski pegawai yang melayani emang bukan orang Indonesia, hehe.

Itu sebagian pengalaman saya sewaktu di Malaysia, nah bagaimana di Singapura, apakah sama dengan di Malaysia? Jawabannya adalah Beda Jauh, kenapa? Karena kan emang beda negara,hehe. Pertama adalah bahasa yang digunakan masyarakatnya mayoritas bahasa inggris, paling cuman 20% yang bisa berbahasa melayu. Yang kedua tata kota nya menurut saya modern, karena saya hampir gak melihat ada rumah pribadi di Singapura, adanya apartemen gitu.  Jadi kebanyakan gedungnya itu tinggi – tinggi, kan beda sama di Indonesia yang kebanyakan perumahannya dibandingkan apartemen, mungkin karena mahal pajak atau tanahnya paling ya. Dan yang bikin saya terheran – heran selain kotanya yang bersih banget, yaitu adalah di Jalan Raya dan Tol itu sepi alias jarang kendaraan yang lalu lalang baik itu mobil, motor ataupun truck, jadi selama perjalanan saya dari Bandara Changi ke hotel itu saya paling menemui kendaraan di jalanan itu g lebih dari 20 kendaraan, terus yang gak kalah mencengangkan lagi itu enggak kelihatan orang atau penduduk Singapura di jalan, maksud saya berasa gak ada orang aja gitu. Cuman ada bangunan – bangunan tapi gak ada orang yang istilahnya lagi jalan kek, lagi ngapain kek, bukan karena waktu itu siang hari ya,hehe.

Saya baru tau aja ternyata masyarakat disini g kelihatan di jalanan itu karena kebanyakan aktifitas mereka ada di bawah tanah, saya baru tau waktu ke Orchard, nah waktu saya iseng – iseng pengen tau MRT yang dibawah tanah nah itu adalah momen ketika saya tau kebanyakan masyarakat Singapur ada disini menggunakan MRT ini, soalnya super puadet dan kebanyakan orang – orangnya buru – buru jadi misal kita berhenti di pinggir jalan bisa – bisa kita kedorong karena saking banyaknya orang yang lalu lalang di bawah sini. Dan untuk makanan kalau di Singapura agak susah, bukan karena mahal ya? Tapi iya juga sih, hehe, tapi kalau mau makan nasi ataupun makanan yang halal kudu agak berjuang, saya sih waktu di Singapura langganan makan nasi goreng sebelah hotel karena yang punya orang Indonesia, terus waktu di daerah Masjid Sultan sih sempet makan di Rumah Makan Minang, entah namanya itu menjurus ke Minang Indonesia apa bukan cuman makan disana berasa makan di Rumah Makan Padang.
 



Yang sangat disayangkan adalah kemaren saya jalan – jalan ke Singapura itu tidak mengetahui adanya Traveloka Xperience? Kenapa saya bilang sangat disayangkan karena di Traveloka Xperience ini emang lagi banyak promosi, sayang banget dah kemaren tidak memaksimalkan kegiatan di Singapur dengan Traveloka Xperience banyak promony hehe. Kemaren saja kepengen masuk ke Universal Studio tidak jadi karena katanya mahal, apalagi pakai dollar, eh ternyata di Traveloka sudah disediakan vouchernya dan enggak semahal katanya. Begini nih nasibnya kalau enggak update, hehe. Ini banyak voucher yang di sediain Traveloka untuk berpetualang di Singapura dan juga banyak destinasi lain. Kalau kita cek di Traveloka Xperience terus pilih destinasinya Singapura ada banyak voucher yang ditawarkan mulai dari masuk ke Universal Studio, Gardens by the Bay, Singapore DUCKtours dan ada juga Kartu Sim 4G Singapura. Untuk pesennya juga gampang tinggal pilih tiket yang mau dibeli, tentukan tanggal, baca detail tiket, dan tinggal lanjutkan di menu pembayaran. Nanti setelah pembayaran kita baru mendapatkan tiket yang nanti digunakan sewaktu masuk ke wahana atau lokasi wisatanya.


Begini rasanya jadi pengen ke Singapura lagi tapi dengan berbekal voucher - voucher di Traveloka #Xperienceseru nih.

Rabu, Oktober 09, 2019

Gambar diatas mungkin gak pernah dilihat kalau kita di Indonesia, yup saya foto gambar atau penanda ini di salah satu sudut Bandara Changi Singapura. Hehe kebetulan kemarin pada pertengahan September dapat kesempatan untuk berkunjung 2 hari 1 malam di negara tetangga. Untuk cerita detail pengalamannya masih di susun, yang sekarang saya ceritakan cuman secuit pengalaman tentang "Tap Water". Semacam wastafel cuman khusus buat minum secara langsung, dulu waktu di ITS saya pernah lihat ada semacam Tap Water juga cuman gak berani nyoba karena saya cuman lewat saja. Gak ikut kuliah disana soalnya, cuman numpang beli makan di warung di sebelah Kampus ITS, haha.

Awalnya sebelum nyobain Tap Water saya sempat searching tentang gimana sih kalau minum air putih di Singapura, soalnya bos saya cerita kalau di Singapura itu bakal puasa minum karena harga air putih botol lumayan mahal. Karena budget juga gak berlebihan makanya saya coba searching ternyata masalah minum air putih bisa diatasi dengan Tap Water yang gratis. Di sarankan sama Traveler yang pernah ke Singapura itu untuk bawa Tumblr alias botol minuman dari Indonesia biar bisa diisi di Tap Water yang ada di beberapa tempat umum. Memang enggak di semua titik tersedia sih, kalau kemaren pengalaman saya itu di Bandara Changi tersedia, sama di Botanic Garden. Kemaren di bandara Changi dan Botanic Garden sih Tap Waternya sama - sama berjejer gitu. Oh ya juga tersedia di Masjid Sultan, nah kalau di Masjid Sultan Tap Waternya tersedia yang air dingin, jadi lumayan lah dapat air dingin gratisan. Kalau di bandingkan di Indonesia sih gak boleh lah ya, soalnya di Singapur airnya sudah ada sertfikat kelayakannya, kalau di Indonesia kan masih kudu dimasak dulu kalau enggak sakit perut. 

Kalau ingin membeli air kemasan di Singapur kan terkenal mahal, tapi ya enggak mahal - mahal amat, kemarin dapat harga air botolan kecil itu $ 1,2 dan botol 1,5 liternya itu $ 2,5, kalau di kurs kan di rupiah sih mahal tapi kalau di bandingkan dengan harga minuma kalengan yang rata - rata $ 3 sih mending beli air putih yang $ 2,5 dapetnya 1,5 liter. Berbahagialah yang tinggal di Indonesia, minum air putih masih terjangkau, dan kalau kepepet juga bisa ngerebus air buat diminum. Semoga besok - besok bisa jalan - jalan ke Singapur lagi, amin.

Rabu, September 11, 2019

Berlibur bagi saya adalah satu alternatif untuk melepaskan penat pekerjaan. Meskipun hanya keluar kota sebentar dan menjauhi kemacetan Surabaya sudah bikin hati senang. Tapi kalau bisa sekalian ambil cuti untuk beberapa hari beristirahat juga merupakan ide bagus. Alhamdulillah tahun 2018 kemarin merupakan tahun yang berbahagia, mengapa? Karena di tahun itu saya akhirnya dikasi kesempatan untuk liburan ke luar negeri. Luar negeri, awalnya sih gak ada kepikiran untuk ke luar negeri, namun karena ini acara kantor dan wajib ikut alhasil terlaksana juga. Kebetulan acara kantor kemarin itu tujuannya ke Malaysia tepatnya keliling Kuala Lumpur.

Saat itu juga saya baru tahu kalau biaya pesawat ke luar negeri itu murah dan bisa saja lebih murah dibandingkan penerbangan domestik. Kenapa? Mungkin karena promo yang ditawarkan juga dari berbagai maskapai sehingga orang berpikiran mending jalan – jalan ke luar negeri dibandingkan di dalam negeri. Oh ya sebelum pesan tiket untuk ke luar negeri , lebih baik dipersiapkan untuk buat paspor. Sekarang pembuatan paspor itu mudah, kita tinggal download aplikasi Layanan Paspor Online di Playstore. Isi data diri dan tentukan jadwal kita hadir di Kantor Imigrasi yang kita pilih, setelah itu foto dan selesai. Untuk di Malaysia tidak perlu visa, jadi kita cuman ngurus paspor saja sudah bisa berangkat. 

Perjalanan dari Surabaya ke Kuala Lumpur itu kemarin sekitar 2 jam, kebetulan kemarin berangkatnya setelah subuh dan sampai di Kuala Lumpur jam 9 pagi. Pertama kali menginjakkan kaki di Kuala Lumpur adalah Wow. Bandaranya gede juga, dan alhamdulillah masih berasa di Indonesia karena banyak yang komunikasi pakai bahasa melayu. Setidaknya gak mungkin kagok karena g bisa ngomong bahasa inggris. Setelah sampai di KLIA 2, lanjut naik bus ke KL Sentral, kemarin saya dapat hotel di KL Sentral kebetulan dapat hotel murah di KualaLumpur.  Harga hotelnya juga murah banget, gak nyangka aja kok bisa harga hotel di sini lebih murah dibandingkan di Indonesia. Untuk booking hotel di Pegipegi paling mudah dan harganya juga murah, untuk metode pembayaran juga bervariasi, kalau saya lebih enak dengan metode pembayaran lewat virtual account BCA karena lebih gampang daripada transfer Bank. Hotel yang saya pilih ini pas untuk back packer an yang pengen keliling Kuala Lumpur dengan fasilitas lumayan untuk istirahat dan strategis karena dekat dengan transportasi  umum kayak MRT dan Bus.

Lokasi wisata yang bisa dicoba adalah Batu Caves, di sini adalah perpaduan antara wisata alam dan wisata religi. Kalau ke Kuala Lumpur wajib juga ke Batu Caves karena yang pertama adalah gratis karena gak bakal di tarik biaya masuk, kita bisa selfi di depan Patung Murugan yang jadi penanda kalau kita sudah ke Malaysia. Destinasi kedua setelah Batu Caves adalah mencoba kereta gantung di Genting Highland, di sini kita bisa menikmati pemandangan sekitar Genting Highland dengan kereta gantung, tapi jangan berpikir kereta gantung ini jalannya kenceng banget dan bikin adrenalin naik. Tenang ini bukan roller coaster, dijamin bakal menikmati pemandangan dengan kereta gantung yang jalannya gak buru – buru. Kebetulan saya sampai di lokasi itu sore hari jadi pemandangan yang saya dapat kurang maksimal, mungkin besok bisa mencoba untuk siang hari biar lebih nikmat. Kalau di Genting ini kita kudu beli tiket pulang pergi, karena kalau cuman berangkat saja kita gak mungkin bisa balik ke bawah lagi. Anehnya setelah sampai atas itu ternyata lokasinya nyambung dengan Mall, jadi bisa keliling mall baru beli tiket untuk turunnya lagi. Cuman kalau kemalaman disini itu repot kalau mau pulangnya karena Bus itu tidak jalan lagi kalau malam hari. Saya akhirnya pesan taxi untuk dapat pulang ke KL Sentral, tapi karena ingin memaksimalkan waktu yang ada akhirnya saya memutuskan untuk singgah di iconnya Malaysia yaitu Menara Kembar Petronas. Saya sampai di Petronas itu sekitar jam 22.00, cukuplah foto – foto dan selfi sampai diusir securitynya. Kita bisa berkunjung dan foto – foto di Menara Kembar Petronas itu sampai pukul 24.00 alias tengah malam. Kalau maksa masih di lokasi sana, bakal diusir sama bapak – bapak securitynya. Kita sih fotonya bukan di dalam menaranya tapi istilahnya di halama depannya Menara Kembarnya, cukup ramai Wisatawan Manca yang foto – foto disini. Memang lokasinya keren banget dan emang menaranya tinggi banget, mungkin besok – besok kalau di Indonesia ada yang kayak gini pasti saya nyamperin untuk foto – foto hehe. Ayo berlibur jangan kerja terus, kali – kali liburlah biar fresh,hehe.